Selasa, 10 Juli 2018

🌈RAMADHAN🌈

☪️HIKMAH PUASA. 
(MENJAUHI DAN MENINGGALKAN MAKSIAT).

Pada dasarnya orang yang berpuasa menyadari bahwa maksiat akan merusak puasa, melenyapkan pahala, bahkan membatalkannya. Sehingga jika itu terjadi dia hanya akan mendapatkan letih dan capek, tanpa mendapatkan faedah apa-apa. Oleh sebab itu siapapun yang melaksanakan puasa akan berusaha menjauhi maksiat hal ini adalah suatu hal yang telah umum dan dapat dilihat. Orang yang berpuasa berbeda dengan orang yang tidak puasa. Orang yang puasa akan membatasi dan meminimalisir maksiat dari segala indera yang dia miliki. Karena puasa akan membatasi dirinya dari hal itu. Berbeda dengan kondisi orang yang tidak puasa, karena kekuatan badan dan syahwatnya akan membawa dirinya untuk cenderung mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsu. 

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
«وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ»
"Puasa adalah tameng."
Dalam riwayat lain disebutkan:
«وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ»
"Puasa adalah tameng."
Yaitu pelindung dari neraka dan adzab Allah Ta'ala.

perlindungan dari neraka tidak mungkin didapatkan tanpa menjauhi dan meninggalkan dari perbuatan buruk dan maksiat. Sedangkan orang yang berpuasa akan senantiasa terjaga dari perbuatan itu, disebabkan puasa yang sedang ia jalani membentenginya dari maksiat-maksiat ini dan membuahkan ketakwaan kepada Allah di dalam dirinya. puasa yang tidak memberikan buah dan bekas positif pada pelakunya maka sebenarnya bukanlah puasa yang sebenarnya. Maka hendaknya setiap muslim melihat pada dirinya sendiri. apabila puasa itu bisa menghalangi dirinya dari maksiat dan melembutkan hatinya dengan ketaatan, membuatnya membenci kemaksiatan, dan menggerakkan ketaatan, maka itu berarti puasanya benar dan menghasilkan manfaat. Adapun apabila sebaliknya maka itu berarti puasanya tidak bermanfaat, tidak membuahkan ketakwaan yang menjadi tujuan puasa. 

☪️Meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta. 
Jadi, tujuan puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum tanpa memberi pengaruh kesucian dalam akhlak, keshalihan dalam amal perbuatan, keistiqamahan dalam muamalah, kebaikan dalam zhahir, dan kesucian, hidayah, dan cahaya dalam batin. Apabila tujuan-tujuan itu hilang, maka sungguh puasa tidak mengantarkan kepada tujuannya, serta tidak membuahkan hasil yang diinginkan dan diharapkan. 
Oleh karena itu, disebutkan 
dalam Shahih Al-Bukhari. 

dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
«مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ»
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah Ta'ala tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya."

Sabda beliau: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta." maksudnya perkataan yang batil. Perkataan dusta bukan hanya persaksian palsu, melainkan setiap perkataan yang batil dan rusak. Barangsiapa yang tidak meninggalkan perbuatan dusta, maksudnya setiap perbuatan yang batil dan diharamkan, baik kecil maupun besar, baik berkenaan dalam hak Allah Ta'ala maupun hak para hamba. Itu semua termasuk di antara hal-hal yang dilarang oleh syariat.

Seyogyanya bagi seorang mukmin untuk mensucikan perkataan dan perbuatannya dari semua kebatilan, apalagi ketika dia berpuasa. Karena apabila dia telah berbaur dengan kebatilan, kepalsuan, keburukan, dan kejahatan baik dalam perkataan ataupun perbuatan, maka sesungguhnya dia belum merealisasikan tujuan Puasa. 
Sungguh Perkara puasa sangat mengagumkan. Di dalamnya terdapat pensucian dan pendidikan jiwa seseorang yang berpuasa menahan dirinya dari makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa. 
Asy-Syaikh Abdurrahman As Sa'di Mengatakan ;
Puasa akan melemahkan kekuatan syaithan, sehingga orang tersebut semakin terjauhkan dari kemaksiatan. 
Puasa dapat mempersempit ruang gerak syaithan karena ia masuk ke dalam tubuh anak Adam melalui aliran darah. 
Orang yang menunaikan puasa mayoritasnya akan melakukan banyak ketaatan dan itu merupakan bagian dari ketaqwaan kepada Allah Ta’ala.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar