Selasa, 10 Juli 2018

🌈RAMADHAN🌈

☪️HIKMAH PUASA. 
(MENJAUHI DAN MENINGGALKAN MAKSIAT).

Pada dasarnya orang yang berpuasa menyadari bahwa maksiat akan merusak puasa, melenyapkan pahala, bahkan membatalkannya. Sehingga jika itu terjadi dia hanya akan mendapatkan letih dan capek, tanpa mendapatkan faedah apa-apa. Oleh sebab itu siapapun yang melaksanakan puasa akan berusaha menjauhi maksiat hal ini adalah suatu hal yang telah umum dan dapat dilihat. Orang yang berpuasa berbeda dengan orang yang tidak puasa. Orang yang puasa akan membatasi dan meminimalisir maksiat dari segala indera yang dia miliki. Karena puasa akan membatasi dirinya dari hal itu. Berbeda dengan kondisi orang yang tidak puasa, karena kekuatan badan dan syahwatnya akan membawa dirinya untuk cenderung mengikuti keinginan syahwat dan hawa nafsu. 

Oleh karena itu Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
«وَالصَّوْمُ جُنَّةٌ»
"Puasa adalah tameng."
Dalam riwayat lain disebutkan:
«وَالصِّيَامُ جُنَّةٌ»
"Puasa adalah tameng."
Yaitu pelindung dari neraka dan adzab Allah Ta'ala.

perlindungan dari neraka tidak mungkin didapatkan tanpa menjauhi dan meninggalkan dari perbuatan buruk dan maksiat. Sedangkan orang yang berpuasa akan senantiasa terjaga dari perbuatan itu, disebabkan puasa yang sedang ia jalani membentenginya dari maksiat-maksiat ini dan membuahkan ketakwaan kepada Allah di dalam dirinya. puasa yang tidak memberikan buah dan bekas positif pada pelakunya maka sebenarnya bukanlah puasa yang sebenarnya. Maka hendaknya setiap muslim melihat pada dirinya sendiri. apabila puasa itu bisa menghalangi dirinya dari maksiat dan melembutkan hatinya dengan ketaatan, membuatnya membenci kemaksiatan, dan menggerakkan ketaatan, maka itu berarti puasanya benar dan menghasilkan manfaat. Adapun apabila sebaliknya maka itu berarti puasanya tidak bermanfaat, tidak membuahkan ketakwaan yang menjadi tujuan puasa. 

☪️Meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta. 
Jadi, tujuan puasa bukan hanya menahan diri dari makan dan minum tanpa memberi pengaruh kesucian dalam akhlak, keshalihan dalam amal perbuatan, keistiqamahan dalam muamalah, kebaikan dalam zhahir, dan kesucian, hidayah, dan cahaya dalam batin. Apabila tujuan-tujuan itu hilang, maka sungguh puasa tidak mengantarkan kepada tujuannya, serta tidak membuahkan hasil yang diinginkan dan diharapkan. 
Oleh karena itu, disebutkan 
dalam Shahih Al-Bukhari. 

dari hadits Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, bahwa Nabi Shallallahu Alaihi wa Sallam bersabda:
«مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالعَمَلَ بِهِ، فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ»
"Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dan perbuatan dusta, maka Allah Ta'ala tidak butuh dia meninggalkan makanan dan minumannya."

Sabda beliau: "Barangsiapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta." maksudnya perkataan yang batil. Perkataan dusta bukan hanya persaksian palsu, melainkan setiap perkataan yang batil dan rusak. Barangsiapa yang tidak meninggalkan perbuatan dusta, maksudnya setiap perbuatan yang batil dan diharamkan, baik kecil maupun besar, baik berkenaan dalam hak Allah Ta'ala maupun hak para hamba. Itu semua termasuk di antara hal-hal yang dilarang oleh syariat.

Seyogyanya bagi seorang mukmin untuk mensucikan perkataan dan perbuatannya dari semua kebatilan, apalagi ketika dia berpuasa. Karena apabila dia telah berbaur dengan kebatilan, kepalsuan, keburukan, dan kejahatan baik dalam perkataan ataupun perbuatan, maka sesungguhnya dia belum merealisasikan tujuan Puasa. 
Sungguh Perkara puasa sangat mengagumkan. Di dalamnya terdapat pensucian dan pendidikan jiwa seseorang yang berpuasa menahan dirinya dari makan, minum jima’ dan semisalnya. Padahal jiwa manusia memiliki kecenderungan kepada semua itu. Ia meninggalkan semua itu demi mendekatkan diri kepada Allah, dan mengharap pahala dari-Nya. Ini semua merupakan bentuk taqwa. 
Asy-Syaikh Abdurrahman As Sa'di Mengatakan ;
Puasa akan melemahkan kekuatan syaithan, sehingga orang tersebut semakin terjauhkan dari kemaksiatan. 
Puasa dapat mempersempit ruang gerak syaithan karena ia masuk ke dalam tubuh anak Adam melalui aliran darah. 
Orang yang menunaikan puasa mayoritasnya akan melakukan banyak ketaatan dan itu merupakan bagian dari ketaqwaan kepada Allah Ta’ala.

🌈RAMADHAN🌈

☪️HIKMAH PUASA.
(PENGENDALIAN HAWA NAFSU)

Al-Baghawi rahimahullah, saat menjelaskan mengapa dengan berpuasa seorang hamba bisa meraih ketakwaan, berkata,
“Karena di dalam ibadah puasa itu terdapat pengendalian hawa nafsu dan penundukan syahwat” (Tafsir Al-Baghawi).
Syaikh Abdur Rahman As-Sa’di rahimahullah menjelaskan lebih rinci tentang bentuk ketakwaan yang diperoleh dengan berpuasa, setelah menyebutkan firman Allah,
لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Agar kalian bertakwa”, dengan mengatakan, "
Sesungguhnya puasa termasuk salah satu sebab terbesar diraihnya ketakwaan, karena di dalam ibadah puasa terdapat bentuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi laranganNya. "Yang termasuk dalam cakupan takwa (yang terdapat dalam ibadah puasa ini) adalah bahwa seorang yang berpuasa meninggalkan perkara yang diharamkan oleh Allah berupa makan, minum, bersetubuh, dan lainnya yang disenangi oleh nafsunya, dengan niat mendekatkan dirinya kepada Allah, mengharap pahala-Nya dengan meninggalkan perkara-perkara tersebut, maka ini termasuk bentuk ketakwaan.”
Dan diantara bentuk-bentuk ketakwaan dari ibadah puasa ini adalah bahwa orang yang berpuasa melatih dirinya untuk senantiasa merasa diawasi oleh Allah Ta’ala, sehingga ia meninggalkan sesuatu yang disukai dirinya, padahal ia memiliki kemampuan untuk melakukannya, karena ia meyakini bahwa Allah mengawasinya.

di dalam puasa, seseorang meninggalkan berbagai kesenangan dan berbagai syahwat. Hal ini tidak didapati dalam amalan lainnya ini semua adalah bentuk pengendalian hawa nafsu. Dalam ibadah ihram, memang ada perintah meninggalkan jima dan meninggalkan berbagai harum-haruman. Namun bentuk kesenangan lain dalam ibadah ihram tidak ditinggalkan. Begitu pula dengan  ibadah shalat. Dalam shalat memang kita dituntut untuk meninggalkan makan dan minum. Namun itu terjadi dalam waktu yang singkat. Bahkan ketika hendak shalat, jika makanan telah dihidangkan dan kita merasa butuh pada makanan tersebut, kita dianjurkan untuk menyantap makanan tadi dan boleh menunda shalat ketika dalam kondisi seperti itu.
Jadi dalam amalan puasa terdapat bentuk meninggalkan berbagai macam syahwat yang tidak kita jumpai pada amalan lainnya. Jika seseorang telah melakukan ini semua –seperti meninggalkan  hubungan badan dengan istri dan meninggalkan makan-minum ketika puasa-, dan dia meninggalkan itu semua karena Allah, padahal tidak ada yang memperhatikan apa yang dia lakukan tersebut selain Allah, maka ini menunjukkan benarnya iman orang yang melakukan semacam ini. Itulah yang dikatakan oleh Ibnu Rajab, “Inilah yang menunjukkan benarnya iman orang tersebut.” Orang yang melakukan puasa seperti itu selalu menyadari bahwa dia berada dalam pengawasan Allah meskipun dia berada sendirian. Dia telah mengharamkan melakukan berbagai macam syahwat yang dia sukai. Dia lebih suka mentaati Rabbnya, menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya karena takut pada siksaan dan selalu mengharap ganjaran-Nya. Sebagian salaf mengatakan, “Beruntunglah orang yang meninggalkan syahwat yang ada di hadapannya karena mengharap janji Rabbnya yang tidak nampak di hadapannya”. Oleh karena itu, Allah membalas orang yang melakukan puasa seperti ini dan Dia pun mengkhususkan amalan puasa tersebut untuk-Nya dibanding amalan-amalan lainnya.

🌈RAMADHAN🌈

☪️HIKMAH PUASA.
(KESABARAN).

Ketahuilah bahwa salah satu syarat takwa (yang merupakan tujuan puasa) adalah sabar, dan puasa adalah salah satu sarana untuk melatih dan melahirkan manusia yang penuh kesabaran yang mampu menghadapi berbagai cobaan dengan tidak terlepas dari ikatan agama. 
Puasa memiliki kesamaan dengan sabar, makna dari puasa yg dijalankan adalah separuh dari nilai kesabaran. Puasa tak bisa dilaksanakan, dan tujuannya tidak tercapai tanpa adanya kesabaran. 

Dari abu Hurairah radhiallahu 'anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ;
اَلصِّيَامُ نِصْفُ الصَّبْرِ
“Puasa itu adalah separuh sabar” (HR.Ibnu Majah)

Menurut para ulama bahwa Sabar itu ada tiga macam yaitu
1. sabar dalam melakukan ketaatan kepada Allah.
2. sabar dalam meninggalkan yang haram dan 
3. sabar dalam menghadapi takdir yang terasa menyakitkan. Ketiga macam bentuk sabar ini, semuanya terdapat dalam amalan puasa. 
Kesamaan puasa dan sabar. Terletak pada ; 
🔁Pertama ; Dari segi makna puasa adalah "menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya." sedangkan sabar Sementara sabar (ash-shabr) pun secara bahasa berarti “al-habsu”, yakni menahan diri. juga memiliki pengertian yang sama. Sabar secara syariat berarti menahan diri atas tiga perkara: (sabar) dalam menaati Allah, (sabar) dalam meninggalkan kedurhakaan atau kemaksiatan kepada-Nya, dan (sabar) dalam menerima ketentuan-Nya (takdir) berupa musibah.
🔁Persamaan kedua, dari sisi pahalanya. Pahala puasa itu tak terhingga, terserah kepada Allah. Dalam sebuah hadits dikatakan,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعِمِائَةِ ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلاَّ الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِى
“Setiap amalan kebaikan anak Adam akan dilipatgandakan menjadi 10 hingga 700 kali dari kebaikan yang semisal. Allah ‘Azza wa Jalla berfirman (yang artinya), ‘Kecuali puasa, amalan tersebut untuk-Ku dan Aku sendiri yang akan membalasnya karena dia telah meninggalkan syahwat dan makanannya demi Aku.’” (HR Muslim)
Sungguh ganjaran atau pahala puasa yang tanpa batas ini serupa dengan pahala sabar. Dalam sebuah ayat, Allah swt. berfirman,
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dibalas dengan pahala tanpa batas.” (QS Az-Zumar [39]: 10)
🔁persamaan ketiga, dari sisi terampuninya dosa. Hadits yang sangat terkenal mengenai puasa adalah:
“Barang siapa yang berpuasa Ramadhan semata-mata karena iman dan mengharap ridha Allah swt. (ihtisaban), maka akan diampuni dosanya yang telah lalu." (Muttafaqun ‘alaih)
Sabar pun demikian, terutama ketika menghadapi musibah. Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
“Setiap musibah yang menimpa mukmin, baik berupa wabah, rasa lelah, penyakit, rasa sedih, sampai kekalutan hati, pasti Allah menjadikannya pengampun dosa-dosanya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)
“Tidaklah seorang Muslim ditimpa gangguan berupa penyakit dan lain-lainnya, melainkan Allah menggugurkan kesalahan-kesalahannya sebagaimana pohon yang menggugurkan daunnya.” (HR al-Bukhari dan Muslim)

Sehingga salah satu hikmah berpuasa adalah melatih kesabaran. Sungguh merugilah mereka yang telah berpayah-payah meninggalkan makan dan minum serta segala yang membatalkan puasanya jika kesabarannya tidak terlatih karenanya. Tiga macam ujian kesabaran tersebut ada dalam ibadah puasa. 
🌈 sabar dalam taat. Karena puasa itu adalah bentuk ketaatan yang membutuhkan kesabaran. Di pagi hari kita makan sahur, padahal pada hari- hari biasa waktu tersebut masih digunakan untuk tidur. Di siang hari menahan diri dari yang membatalkan ibadah puasa dan dari yang menghapuskan nilai pahala puasa. Tidak boleh makan, minum dan bersenggama suami isteri di siang hari, padahal pada hari- hari biasa larangan itu tidak ada. Ini semua memerlukan kesabaran.
🌈sabar dalam menahan ma’siyat. Kita dilatih dengan puasa untuk tidak melakukan perbuatan- perbuatan yang dilarang oleh agama, sebab jika itu dilakukan maka selain berdosa, mungkin dapat membatalkan ibadah puasa. Latihan seperti itu ditunjukkan oleh ibadah puasa selama lebih kurang empat belas jam. Pada saat berpuasa, bukan saja tidak boleh makan dan minum, tetapi juga dari perbuatan- perbuatan yang tercela. Sebagaimana disabdakan oleh Rasulullah SAW.
لَيْسَ الصِّيَامُ مِنَ الْاَكْلِ وَالشُّرْبِ اِنَّمَالصِّيَامُ مِنَ الَّلغْوِوَالَّرَفَثِ. رواه ابن خزيمة عن ابىهريرة عن ابن عمر
“Bukanlah puasa itu dari makan dan minum saja, sesungguhnya puasa itu dari perkataan kotor dan caci maki.” (HR. Ibnu Khuzaimah dari Abi hurairah dari Ibnu “Umar)
🌈sabar dalam menerima penderitaan. Inipun ada di dalam ibadah puasa. Puasa itu berat; Lapar dan dahaga di siang hari. Tenaga menjadi lemah, semangat pun menjadi berkurang, berat badanpun menjadi menurun. Ini semua adalah latihan. Tanpa latihan seperti ini, iman kita tidak akan tangguh dalam menghadapi problematika hidup yang semakin membesar dan tantangan zaman yang semakin keras. Hanya orang –orang yang biasa hidup dengan puasa akan terus eksis di tengah gelombang hidup yang sekeras apapun.
 Lengkaplah kiranya bahwa ibadah puasa itu dapat melatih kesabaran bagi orang- orang yang melaksanakannya. 
Allah Shubhana wa ta'ala menjanjikan balasan bagi orang- orang yang sabar.
انمايوفى الصابرون اجرهم بغيرحساب
“Bahwasanya orang- orang yang sabar (disempurnakan) pahalanya tanpa batas.” (QS. Az- Zumar: 10)
Mari kita berupaya untuk meningkatkan kualitas ibadah puasa kita, agar memperoleh hikmah dan pelajaran yang baik serta  berguna bagi kehidupan kita. Semoga Allah TA'ala memberikan kekuatan lahir dan bathin kepada kita untuk dapat melaksanakan tugas dan kewajiban kita, amin.

🌈RAMADHAN🌈

☪️HIKMAH PUASA.
(MENTADABBURI KEMAHASEMPURNAAN SIFAT-NYA).

Seluruh perbuatan Allâh, kehendak dan syari’at-Nya, berikut segenap ciptaan-Nya, adalah cerminan dan manifestasi sifat-sifat dan nama-nama-Nya yang Mahaagung lagi Mahasempurna. Allâh memuliakan orang-orang berilmu karena Dia memiliki nama al-‘Alïm yang Mahamengetahui. Allâh mentakdirkan tak satu pun hamba-Nya yang suci dari kesalahan, karena Dia adalah at-Tawwâb yang Maha pemberi taubat dan al-‘Afuww yang Mahapemaaf. Allâh menetapkan had dan jihad dalam syari’at-Nya, karena Dia adalah al-Mu-‘min yang Maha memberi keamanan. Surga adalah perwujudan sifat Rahmat-Nya, sebagaimana neraka adalah konsekuensi dari kesempurnaan sifat Adil-Nya.
Allâh menyerukan hamba-hamba-Nya untuk bersabar karena kesabaran yang Mahasempurna adalah sifat-Nya. Allâh memerintahkan hamba-Nya untuk mencintai orang-orang yang beriman, tidak lain karena sifat-Nya yang Mahapenyayang. Allâh memerintahkan kita untuk menolong sesama karena Dia adalah an-Nâshir yang Mahapenolong.
Tidak makan, tidak minum, dan tidak membutuhkan pasangan, adalah di antara sifat-sifat Allâh yang Mahasempurna. Dan puasa seolah mengingatkan kita akan Kemahasempurnaan sifat-sifat Allâh tersebut. Hanya Dia yang memiliki sifat-sifat tersebut, maka hanya Dia pula yang layak untuk disembah dan diibadahi.
Ketika menjelaskan salah satu hikmah mengapa Allâh mengkhususkan puasa dibanding ibadah yang lain, Al-Imâm Ibnul Jauzi rahimahullâh (wafat: 597-H) mengatakan:
“Bahwasanya makna hadits di atas (puasa itu untuk-Ku); ‘Ketidakbutuhan pada makan dan minum adalah sifat-Ku’. Maka orang yang berpuasa seakan-akan tengah bertaqarrub pada Allâh dengan sesuatu yang menyerupai sifat-Nya (bukan hendak menyerupai sifat Allâh, karena sudah dimaklumi tak ada satu pun yang menyamai-Nya-pent).” [Kasyful Musykil min Hadïts ash-Shahïhain: 3/167]

🌈RAMADHAN🌈

☪️HIKMAH PUASA.
(KESUCIAN JIWA).

Puasa adalah suatu ibadah yang tidak disusupi Syirik dan Riya. Sebab Puasa merupakan amalan Bathin karenanya tidak ada yang mengetahui seseorang itu berpuasa kecuali Allah kemudian dirinya sendiri. 
puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Rabbnya yang tidak ada orang lain yang mengetahuinya. Amalan puasa berasal dari niat batin yang hanya Allah saja yang mengetahuinya dan dalam amalan puasa ini terdapat bentuk meninggalkan berbagai syahwat. Oleh karena itu, Imam Ahmad dan selainnya mengatakan, “Dalam puasa sulit sekali terdapat riya’ (ingin dilihat/dipuji orang lain).” Dari dua alasan inilah, Allah menyandarkan amalan puasa pada-Nya berbeda dengan amalan lainnya. Allah Ta’ala menjadikan puasa ini sebagai amalan yang khusus untuk-Nya karena tingginya nilai keikhlasan yang ada di dalamnya.
Al-Hafidz Ibnu Hajar rahimahullah mengatakan Bahwa puasa tidak terkena riya sebagaimana (amalan) lainnya terkena riya. 
Al-Qurtuby rahimahullah berkata, "Ketika amalan-amalan yang lain dapat terserang penyakit riya, maka puasa tidak ada yang dapat mengetahui amalan tersebut kecuali Allah, maka Allah sandarkan puasa kepada Diri-Nya. Oleh karena itu dikatakan dalam hadits, ‘Meninggalkan syahwatnya karena diri-Ku.’ Ibnu Al-Jauzi rahimahullah berkata, ‘Semua ibadah terlihat amalannya. Dan sedikit sekali yang selamat dari godaan (yakni terkadang bercampur dengan sedikit riya) berbeda dengan puasa. 
Amalan yang lain seperti sedekah, ia bisa disusupi oleh riya’. Sholat juga bisa disusupi oleh riya’. Akan tetapi puasa, maka ia tidak disusupi oleh riya’. Karena puasa adalah sesuatu yang bersifat rahasia antara hamba dengan Rabbnya. Puasa tidak bisa tampak pada pelakunya sebagaimana halnya keadaan amal-amal lainnya yang dengan itu akan bisa membuka pintu riya’. Puasa adalah amalan yang rahasia antara hamba dengan Rabbnya, sehingga tidak bisa dimasuki riya’. Puasa juga suatu amalan yang tidak disusupi Syirik. orang-orang musyrik biasa mendekatkan diri kepada berhala-berhala dengan sembelihan dan nadzar, doa, istighotsah, mereka mempersekutukan Allah dalam segala bentuk amalan, adapun puasa maka ia tidak tersusupi dan tidak dimasuki oleh syirik. Oleh sebab itulah Allah menyatakan, “Puasa itu untuk-Ku dan Aku lah yang membalasnya”. Ini artinya puasa tidak bisa disusupi oleh syirik. Inilah salah satu keistimewaan yang ada dalam ibadah puasa.
Tidak ada ceritanya orang-orang musyrik dahulu berpuasa untuk berhala-berhala mereka. Tidak ada kisahnya para pemuja kubur melakukan puasa untuk kubur; mendekatkan diri kepadanya dengan puasa. Sementara di saat yang sama mereka suka mendekatkan diri kepada sesembahan-sesembahan mereka itu dengan berdoa, mempersembahkan sembelihan, nadzar, dan lain sebagainya. Ini merupakan bukti keistimewaan puasa dibandingkan seluruh amal. Sehingga Allah mengatakan, “Puasa adalah untuk-Ku dan Aku lah yang akan membalasnya”.
Selain itu, pada ibadah-ibadah lain bisa dengan mudah dimasuki syirik. Doa, ia pun dimasuki syirik. Dimana seorang itu berdoa kepada selain Allah. 

Karena tuhan-tuhan lain yang dianggap Tuhan, tidak pernah diibadahi dengan puasa
Al-Imâm Badruddïn al-Hanafi rahimahullâh (wafat: 855-H) mengatakan:
كل الْعِبَادَات لله تَعَالَى فَمَا معنى الْإِضَافَة لَهُ؟ وَأجِيب: بِأَنَّهُ لم يعبد بِهِ غَيره عز وَجل إِذْ لم يعظم الْكفَّار معبودهم فِي وَقت من الْأَوْقَات بالصيام لَهُ،
“Segenap ibadah sejatinya adalah hak Allâh, lantas kenapa hanya puasa yang diistimewakan ungkapan penyandarannya untuk Allâh? Jawabnya; karena tuhan-tuhan selain Allâh tidak pernah diibadahi melalui ibadah puasa. Orang-orang kafir tidak pernah mengagungkan tuhan-tuhan mereka pada waktu-waktu tertentu dengan berpuasa.” [‘Umdatul Qâri Syarh Shahïh al-Bukhâri: 22/61]

TERDAPAT KESUCIAN JIWA
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan hikmah diperintahkannya berpuasa,
لما فيه من زكاة النفس وطهارتها وتنقيتها من الأخلاط الرديئة والأخلاق الرذيلة
“Karena di dalam ibadah puasa itu terdapat kesucian jiwa dan kebersihannya serta mensterilkan dari kotoran yang buruk dan akhlak yang hina” (Tafsir Ibnu Katsir).

MENGHARUSKAN KEMURNIAN HATI. 
Al-Imâm Badruddïn al-Hanafi rahimahullâh (wafat: 855-H) mengatakan:
لِأَنَّهُ عمل سري لَا يدْخل الرِّيَاء فِيهِ
“Itu karena ibadah puasa merupakan amalan rahasia yang tidak disusupi oleh riyâ’.” [‘Umdatul Qâri Syarh Shahïh al-Bukhâri: 22/61]

Ibnu Utsaimïn rahimahullâh (wafat: 1421-H) menjelaskan:
فإنه سر بين الإنسان وربه لأنه الإنسان لا يعلم إذا كان صائما أو مفطرا هو مع الناس ولا يعلم به نيته باطنة فلذلك كان أعظم إخلاصا فاختصه الله من بين سائر الأعمال
“Puasa adalah rahasia antara seorang insan dengan Rabb-nya. Seorang insan yang berpuasa, tidak diketahui apakah dia benar-benar berpuasa ataukah tidak, isi hatinya juga tidak diketahui (sangat gampang bagi dia untuk membatalkan puasa tanpa harus kehilangan anggapan di mata orang lain bahwa dia masih berpuasa-pent). Sehingga orang yang benar-benar berpuasa sudah pasti orang yang paling besar keikhlasan dan ketulusannya. Maka Allâh pun mengistimewakannya dibanding ibadah-ibadah yang lain. [lih. Syarh Riyâdh ash-Shâlihïn: 5/266-267].

🌈RAMADHAN🌈

☪️HIKMAH PUASA.
(SALAH SATU IBADAH YANG PALING DICINTAI).
Puasa adalah salah satu sarana mendekatkan diri kepada Allah yang paling Dia dicintai. 
Al-Hafidz Ibnu Hajar 
Makna ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’, maksudnya adalah bahwa dia termasuk ibadah yang paling Aku cintai dan paling mulia di sisi-Ku. 

Ibnu Abdul Bar berkata, "Cukuplah ungkapan ‘Puasa untuk-Ku’ menunjukkan keutamaannya dibandingkan ibadah-ibadah lainnya. Diriwayatkan oleh An-Nasa’i, 2220 

dari Abu Umamah rahdiallahu anhu berkata, Rasulullah sallallahu alaihi wa sallam bersabda, "Hendaklah kalian berpuasa, karena tidak ada yang menyamainya. (Dishahihkan oleh Al-Albany dalam shahih Nasai)

pengagungan dan Penyandaran di sini adalah penyandaran kemuliaan dan keagungan. Sebagaimana diungkapkan ‘Baitullah (rumah Allah)’ meskipun semua rumah milik Allah. 
Az-Zain bin Munayyir berkata, "Pengkhususan pada teks keumuman seperti ini, tidak dapat difahami melainkan untuk pengagungan dan pemuliaan." 
Syekh Ibnu Utsaimin rahimahullah berkata, "Hadits yang agung ini menunjukkan akan keutamaan puasa dari beberapa sisi;
Pertama: Sesungguhnya Allah khususkan puasa untuk diri-Nya dari amalan-amalan lainnya, hal itu karena keutamaannya di sisi-Nya, cintanya padanya dan tampak keikhlasan padanya untuk-Nya Subhanahu. Karena puasa merupakan rahasia seorang hamba dengan Tuhannya, tidak ada yang melihatnya kecuali Allah. karena orang yang berpuasa, di tempat yang sepi mungkin baginya mengkonsumsi apa yang diharamkan oleh Allah, (akan tetapi) dia tidak mengkonsumsikannya. Karena dia mengetahui punya Tuhan yang melihat di tempat yang sunyi. Dan Dia telah mengharamkan hal itu. Maka dia tinggalkan karena takut akan siksa-Nya serta berharap pahala dari-Nya. Maka, Allah berterimakasih akan keikhlasan ini dengan mengkhususkan puasa untuk diri-Nya dibandingkan amalan-amalan lainnya.

🌈RAMADHAN🌈

☪️KEUTAMAAN PUASA

Puasa termasuk salah satu Bentuk ketaatan yg paling Agung dalam mendekatkan diri kepada Allah. Allah ta'ala mengecualikan keutamaan puasa dari amalan lainnya dalam bentuk pahala, makna dan kewajibannya. Allah mengistimewakan puasa, 'khusus untuk-Nya' dan 'memberikan balasannya secara langsung'.

Dalam sebuah hadits rabbâni (hadits qudsi): 
Dari Abu Hurairah Radianlahu'anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda bahwa Allah ta'ala berfirman :

�كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ لَهُ إِلاَّ الصِّيَامَ, فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ

Artinya: : “Setiap amalan manusia adalah untuknya kecuali puasa, sebab ia hanyalah untukku dan Akulah yang akan memberikan ganjaran padanya secara langsung ”. (HR Bukhari & Muslim) Dan selainnya.

Allah ta'ala mengatakan bahwa semua amalan yang kita lakukan adalah untuk kita. Amalan-amalan tersebut akan menjadi tebusan diakhirat kelak. Maksudnya adalah Jika kita berbuat zalim maka yg kita zalimi kelak menuntutnya diakhirat dengan mengambil pahala kebaikan kita, sebagai balasan kezaliman kita 
sebagaimana yang disebutkan dalam hadist lain.

Dari abu hurairah Radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ; dimana seseorang pada hari kiamat kelak datang dengan membawa pahala amalan-amalan shalih laksana gunung, akan tetapi ketika didunia ternyata telah mencela orang lain, atau memukulnya, atau memakan harta orang lain secara zalim, sehingga pahala-pahalanya tersebut diambil darinya, dan diberikan pada orang-orang yang ia zalimi, hingga bila pahalanya telah habis dibagi-bagi, maka dosa-dosa orang-orang yang ia zalimi yang belum mendapat bagian pahalanya, dipindahkan padanya, lalu ia dijerumuskan kedalam neraka. (HR. Muslim)

"kecuali puasa" Allah ta'ala mengecualikan pahala puasa, puasa tidak bisa dijadikan tebusan, pahalanya tidak diambil sedikitpun juga karena ia diperuntukkan bagi Allâh ‘azza wa jalla semata, bukan untuk manusia. 
Ketika pahala amalan lainnya telah habis dibagi-bagi dan dosa orang-orang yang dizalimi dipindahkan kepadanya, Maka Ketahuilah puasa akan menjadi perisai baginya 

Dari abu hurairah Radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ; "Puasa adalah perisai, seorang hamba berperisai dengannya dari api neraka” [Hadits Riwayat Ahmad 3/241, 3/296 dari Jabir, Ahmad 4/22 dan Utsman bin Abil ‘Ash. Ini adalah hadits yang shahih] 

Dan bahwa pahala puasanya akan menghapus dosa-dosanya 

Dari abu hurairah Radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ; "Barang siapa yang berpuasa dibulan Ramadhan karena keimanan dan mengharapkan pahala dari Allah maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah berlalu (HR. Bukhari dan Muslim) dan selain keduanya."

Walaupun amalan puasanya telah menghapus dosanya namun amalan puasanya tidak berkurang sedikitpun sehingga menjadi syafaat baginya dihari kiamat yang mengantarkannya kedalam syurga. 

dari Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ; “Puasa dan Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada seorang hamba di hari Kiamat. Puasa berkata: ‘Ya Rabb, aku telah menghalanginya dari makan dan minum di siang hari.’ Dan Al-Qur’an berkata, ‘Aku telah menghalanginya dari tidur di malam hari, maka izinkan aku memberikan syafaat untuknya.’ Maka, keduanya memberikan syafaat kepadanya.”

Dengan syarat dia melakukannya karena keimanan dan hanya mengharapkan pahala dari Allah Ta’ala. 
Bahkan tidak hanya sampai disitu Allah ta'ala menyiapkan satu pintu Disurga yang hanya bisa dimasuki orang-orang yang berpuasa.

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ; "Sesungguhnya di dalam surga terdapat pintu yg bernama Ar Rayyan, kelak orang-orang yg senantiasa berpuasa akan dipanggil untuk memasukinya & barang siapa yg memasukinya, maka ia tak akan merasa haus selamanya. [HR. Tirmidzi No.696]. 

Wahai kalian yang mencari ridho dan ampunanNya  
Wahai kalian yang meniti jalan hijrah, wahai kalian yang mengejar ketertinggalan amal shalih, wahai kalian yang mengharap syurganya. kapan lagi saudaraku, kapan lagi !? Allah ta'ala telah membukakan pintu ampunan selebar-lebarnya, dan menyediakan ladang amal seluas-luasnya. 
Didalam bulan yang penuh berkah dan ampunan ini,
Allah ta'ala telah menetapkan semua kadar amalan manusia bahwa setiap kebaikan akan dilipat gandakan 10 hingga 700kali."

Dari abu hurairah Radhiyallahu 'anhu dia berkata, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda ; "Setiap kebaikan diberi pahala sebanyak sepuluh kali lipat hingga tujuh ratus kali lipat. Allah azza wa jalla berfirman ; sedangkan puasa diperuntukkan untuk-Ku dan Aku sendiri yg akan memberi pahala puasanya. sebab ia meninggalkan makan & syahwatnya karena diriKu, & meninggalkan minum serta syahwatnya untuk diriKu." (HR. Bukhari dan Muslim)

Sedangkan pahala puasa akan dilipatgandakan oleh Allah hingga berlipat-lipat tanpa ada batasan bilangan. Betapa luas rahmat-Nya, kebaikan-Nya dan Ampunan-Nya kepada para hamba-Nya. Sungguh dia adalah Rabb yang maha Pemaaf lagi Pemurah.

Ganjaran bagi orang yang berpuasa yang disebutkan pula dalam hadits "Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada bau minyak kasturi.”
Seperti kita tahu bersama bahwa bau mulut orang yang berpuasa apalagi di siang hari sungguh tidak mengenakkan. Namun bau mulut seperti ini adalah bau yang menyenangkan di sisi Allah karena bau ini dihasilkan dari amalan ketaatan dan  karena mengharap ridho Allah. Sebagaimana pula darah orang yang mati syahid pada hari kiamat nanti, warnanya adalah warna darah, namun baunya adalah bau minyak kasturi.
Harumnya bau mulut orang yang berpuasa di sisi Allah ini ada dua sebab:
1️⃣Puasa adalah rahasia antara seorang hamba dengan Allah di dunia. Ketika di akhirat, Allah pun menampakkan amalan puasa ini sehingga makhluk pun tahu bahwa dia adalah orang yang gemar berpuasa. Allah memberitahukan amalan puasa yang dia lakukan di hadapan manusia lainnya karena dulu di dunia, dia berusaha keras menyembunyikan amalan tersebut dari orang lain. Inilah bau mulut yang harum yang dinampakkan oleh Allah di hari kiamat nanti karena amalan rahasia yang dia lakukan.
2️⃣Barangsiapa yang beribadah dan mentaati Allah, selalu mengharap ridho Allah di dunia melalui amalan yang dia lakukan, lalu muncul dari amalannya tersebut bekas yang tidak terasa enak bagi jiwa di dunia, maka bekas seperti ini tidaklah dibenci di sisi Allah. Bahkan bekas tersebut adalah sesuatu yang Allah cintai dan baik di sisi-Nya. Hal ini dikarenakan bekas yang tidak terasa enak tersebut  muncul karena melakukan ketaatan dan mengharap ridho Allah. Oleh karena itu, Allah pun membalasnya dengan memberikan bau harum pada mulutnya yang menyenangkan seluruh makhluk, walaupun bau tersebut tidak terasa enak di sisi makluk ketika di dunia.

Dalam hadits yang lain juga dikatakan, “Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan Rabbnya.”
Kebahagiaan pertama adalah ketika seseorang berbuka puasa. Ketika berbuka, jiwa begitu ingin mendapat hiburan dari hal-hal yang dia rasakan tidak menyenangkan ketika berpuasa, yaitu jiwa sangat senang menjumpai makanan, minuman dan menggauli istri. Jika seseorang dilarang dari berbagai macam syahwat ketika berpuasa, dia akan merasa senang jika hal tersebut diperbolehkan lagi.
Kebahagiaan kedua adalah ketika seorang hamba berjumpa dengan Rabbnya yaitu dia akan jumpai pahala amalan puasa yang dia lakukan tersimpan di sisi Allah. Itulah ganjaran besar yang sangat dia butuhkan.

Semoga puasa kita dapat menjadi saksi dihadapan Allah tentang keimanan kita kepada-Nya. Dan semoga puasa kita mengantarkan kita menuju derajat taqwa, menjadi hamba yang mulia di sisi Allah Ta’ala.

02/06/2018 Kalomang

🌈RAMADHAN🌈

☪️ADA APA DENGAN PUASA

Bukanlah yang menjadi tujuan utama puasa adalah melarang dari makan, minum, atau kesenangan-kesenangan yang mubah. Bukan hal ini maksud utama darinya, akan tetapi sesungguhnya yang dituju adalah apa yang dihasilkan oleh makna-maknanya, Oleh sebab itu Allah berfirman, “agar kalian bertakwa”. Mengetahui faedah yang terkandung didalamnya, sama dengan mengenali jalan mendapatkan tujuannya, yakni Takwa. Hal ini menunjukkan bahwa puasa merupakan sebab menuju ketakwaan kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Seperti apa faedah yang terkandung didalam amalan puasa, Nilai-nilai apa yang ada didalamnya yang menjadi sarana mencapai derajat takwa. Inilah hikmah dari ibadah puasa. Yakni nilai-nilai yang terkandung didalamnya. 

kita mungkin heran? Apa hikmah dibalik ibadah puasa sehingga Allah ta'ala mengkhususkan untuknya. "PUASA UNTUKKU" Apa yang terkandung dalam nilai-nilai ibadahnya, sehingga Allah ta'ala membalasnya langsung. "AKU YANG MEMBALASNYA LANGSUNG." Sebab Dia menahan nafsunya untukku laparnya untukku dan hausnya untukku."
Tentu saja kita heran, ketika hanya sekedar menahan nafsu, lapar, dan haus kemudian Allah ta'ala melipat gandakan pahalanya tanpa batas, menjadikan ia penghapus dosa, perisai dari neraka, syafaat, dan menyediakan pintu surga. Pasti ada sesuatu yang istimewa, ada hikmah yang tersembunyi yang lebih dari sekedar menahan lapar dan haus. Ada sesuatu yang lain. Ada banyak makna didalamnya Yang hanya didapati oleh orang-orang yang yang penuh keyakinan serta ikhlas dalam menjalankan puasa, Ada apa dengan puasa?